"Jadikanlah dirimu orang alim atau orang yang menuntut ilmu atau orang yang selalu mendengar pelajaran agama, atau pun orang yang mencintai (tiga golongan yang tersebut); dan janganlah engkau menjadi (dari) golongan yang kelima, yang dengan sebabnya engkau akan binasa."
Friday, March 30, 2012
Kebahagiaan Para Sahabat bersama Rasulullah..
بسم الله الرحمن الرحيم
RASULULLAH s.a.w. diutuskan kepada umat manusia dengan membawa pesan dakwah Rabbaniyyah dan tidak memiliki propaganda apa pun tentang tujuan duniawi. Maka kita melihat bahawa Rasulullah s.a.w tidaklah memiliki gudang harta, hambaran kebun yang luas dan tidak pula tinggal di istana megah layaknya para raja dan pemimpin.
Saat pertama kali Rasulullah s.a.w menampakkan dakwah dan menyeru masyarakat kala itu untuk beriman, hanya beberapa orang saja yang telah diberi hidayah oleh Allah yang mencintainya yang bersumpah setia untuk mengikuti ajaran mulia yang dibawanya.
Mereka para sahabat yang jumlahnya sedikit saat itu tetap teguh memegang janji meskipun pelbagai kesulitan dan ancaman datang bertubi-tubi. Begitulah, kekuatan iman dan mahabbah (cinta) mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. Saat jumlah mereka masih sedikit, masih lemah dan selalu diliputi ancaman orang-orang di sekitarnya, mereka tetap teguh mencintai Rasulullah s.a.w.
Di antara mereka ada yang dipinggir oleh keluarganya, disingkirkan oleh masyarakatnya, dipersulit perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan derajatnya di depan khalayak, diusir dari kampung halaman bahkan tidak sedikit yang merasakan seksa orang-orang kafir, seperti Bilal bin Rabah misalnya yang diseksa oleh tuannya Umayyah dalam terik matahari di atas pasir sahara yang panas lalu dadanya ditindih dengan batu besar. Demikian pula dengan sahabat ‘Ammar, ayahnya Yasir dan ibunya Sumayyah mati syahid di tangan penyeksaan di hadapan dirinya. Dan masih banyak contoh lain. Namun, meskipun demikian, kecintaan dan pengorbanan mereka terhadap Rasulullah s.a.w. tak goyah sedikit pun, justeru dengan itu semua makin kuat dan mantap keimanan dan kecintaan mereka.
Kaum Mukminin seringkali mendapat cubaan saat menjalankan dakwah. Mereka tidak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi keluarga dan diri mereka diancam akan dibunuh, bahkan adakalanya mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan dan penderitaan yang cukup lama. Namun mereka tetap berprasangka baik kepada Allah dan tetap mencintai kekasih Allah, Rasulullah s.a.w. Di samping Rasulullah s.a.w selalu memberikan dorongan dan semangat dengan janji-janji Allah dan syurga yang telah dipersiapkan untuk mereka.
Tak sedikit sahabat muda yang tak sempat menikmati masa mudanya layaknya anak muda yang lain. Kerana mereka senantiasa ikut berperang berjihad bersama Rasulullah s.a.w., di bawah bayang-bayang kilatan pedang, demi membela keyakinan, keimanan dan kecintaan mereka yang tulus. Tentang mereka ini pernah dikatakan: “Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau, dan menebarkan bau wangi yang semerbak.”
Begitulah, pada masa itu para pemuda siap berangkat ke medan perang dan menjemput maut, yang ertinya adalah syurga dan redha Allah. Meskipun demikian, mereka tidak gentar sedikit pun dan justeru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata atau pesta di malam hari raya, mengandung kesenangan dan kenikmatan tersendiri menurut pandangan mereka. Dan itu tak lain juga didorong oleh kecintaan mereka terhadap Rasulullah s.a.w.
Mereka bahagia hidup bersama Rasulullah s.a.w, walaupun kadangkali harus menahan lapar dan haus beberapa hari. Mereka merasakan nikmat dengan memandang dan berbicara dengan Rasulullah s.a.w, sekalipun kadang keluarga dan kerabat mereka tidak punya. Mereka akan menuruti dan tunduk terhadap apa yang diperintahnya. Mereka melakukan apa yang Rasulullah s.a.w lakukan, meninggalkan apa yang Rasulullah s.a.w tinggalkan, menjauhi apa yang Rasulullah s.a.w jauhi, sungguh kecintaan yang sejati yang terpatri dalam sanubari. Semoga keredhaan Allah selalu meliputi mereka.
Syahdan, seorang sahabat pernah diutus oleh Rasulullah s.a.w untuk masuk ke kandang musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Padahal dia sedar bahawa kemungkinan dirinya tidak selamat. Namun ternyata tugas ini tetap dikerjakannya. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta menjalankan suatu tugas, dia menyedari bahawa tugas itu adalah tugasnya yang terakhir. Namun dia tetap berangkat dengan gembira.
Mengapa mereka para sahabat itu, sedemikian rupa mencintai Rasulullah saw? Mengapa mereka sangat bahagia dengan Risalah yang dibawanya, merasa tenteram dengan manhaj (jalan)nya, sangat gembira menyambut kedatangannya dan mampu melupakan semua rasa sakit, kepedihan, kesulitan, tentangan dan ancaman yang dulu pernah menimpa mereka, demi mengikuti Rasulullah s.a.w.?
Jawapannya adalah kerana mereka melihat pada diri Nabi Muhammad s.a.w. terdapat semua makna kebaikan dan kebahagiaan. Juga tanda-tanda kebajikan dan kebenaran. Nabi Muhammad s.a.w mampu menjadi penunjuk jalan bagi siapa saja dalam pelbagai masalah besar. Bahkan dengan sentuhan lemah lembut dan kasih sayangnya, Rasulullah s.a.w mampu memadamkan semua gejolak hati mereka. Dengan ucapannya, baginda mampu menyejukkan isi hati siapa saja. Dan dengan risalahnya, Rasulullah s.a.w mampu menyejukkan dan menyenangkan jiwa mereka.
Rasulullah s.a.w. juga berhasil menusukkan kerelaan pada jiwa setiap sahabatnya. Maka tidak mustahil bila mereka tidak lagi memperhitungkan pelbagai rintangan yang menghadang jalan dakwah mereka. Sebab, kukuhnya keyakinan yang ada dalam dada mereka telah melupakan semua luka, tekanan dan kesengsaraan itu.
Rasulullah s.a.w berhasil meluruskan hati nurani mereka dengan tuntunannya, menyinari mata hati mereka dengan cahayanya, menyingkirkan belenggu-belenggu jahiliyah dan menanggalkan semua kalung kemusyrikan dari leher mereka. Dan lebih dari itu Rasulullah s.a.w berhasil menyirami hati-hati mereka dengan air iman dan keyakinan, sehingga hati dan jiwa mereka senantiasa sejuk dan damai selalu.
Ada banyak faktor yang membuat kecintaan sahabat begitu besar terhadap Rasulullah s.a.w. Di antaranya, saat bersama Rasulullah s.a.w mereka selalu merasakan kenikmatan hidup yang sejati, saat berada dekat dengannya mereka merasakan hangatnya kasih sayang dan ketulusan hati, saat berada di bawah payung ajaran dan dakwahnya mereka merasakan ketenteraman dan kedamaian, dengan mematuhi perintahnya mereka mendapatkan keselamatan dan dengan meneladani sunnah-sunnahnya mereka mendapatkan kekayaan batin.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an (yang ertinya): “Dan tidaklah Kami utus engkau (wahai Muhammad) melainkan sebagai Rahmat untuk sekalian alam” (QS. Al Anbiyaa’:107)
Sungguh, mereka para sahabat, pencinta Nabi Muhammad s.a.w yang sejati benar-benar menjadi orang yang bahagia dalam erti yang sebenarnya. Mereka menyaksikan semua yang dilakukan oleh kekasih mereka dan meneladaninya. Maka, sangatlah pantas mereka berbahagia dan bergembira. Sekian...
Sumber : Ustaz Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Al Aydrus
Link :http://insaaniyyah.blogspot.com/2011/04/kebahagiaan-para-sahabat-bersama.html